2 Years 6 Months

Monday to monday
MoI, MoT, MoEF, others
Japanesse, Thai, Dutch, Germany, many more
Morning tea, shocking meeting, assesment training
Minutes of meeting in every ocassion
Timber legality assurance system, internatioal trade, ecolable, food packaging standard, prohibited materials, waste paper, timber export and import, HS code 47 48
.
.
.
.
.
.
National congress

Lots of memories i got from IPPA
Soon probably will note others 2 years 6 months or exactly 2 years and perhaps 1 year
Who knows?

Asprak

Asprak, asisten praktikum, merupakan personil yang membantu jalannya matakuliah tertentu yang ada praktikumnya. Ada beberapa matakuliah yang menjadikan asprak ini dapat berasal dari mahasiswa juga, misalnya mata kuliah dasar-dasar komunikasi yang merupakan matakuliah dari departemen sains komunikasi dan pengembangan masyarakat aka skpm. Zaman semasa kuliah dulu, aku adalah salah satu personil asprak matakuliah dasar-dasar komunikasi, yang telah mendedikasikan sebagian waktu kuliah untuk menjadi asprak selama 3 semester. Kenapa memilih menjadi asprak? Alasannya karena didalam dunia kampus ini aku tidak mau hanya belajar saja mendapatkan materi saklek dari dosen, tapi mencoba mencari kemampuan baru dalam mengajar walaupun aku lebih senang dengan sebutan belajar bersama-sama bukan mengajar. Mengapa? Karena praktikan yang ada di kelas ku bukanlah adik tingkat saja namun juga ada teman seangkatan, kakak tingkat, bahkan kakak tingkatnya ada yang sampai beda 2 tahun. Berikut pengalaman aku waktu menjadi asprak, harusnya ditulis 2,5 tahun lalu pas baru lulus kuliah tapi gapapa deh. Let see!

1. Asprak waktu semester 5
Ini pertama kalinya aku sebagai asprak, dan partner ku adalah Riska Prorina yang mana dia adalah teman sekelasku juga. Kita berdua kebagian ngasprak anak-anak SC yang merupakan campuran dari berbagai departemen dan angkatan. Tempat ngaspraknya pun cukup jauh yaitu ruangan di fakultas peternakan dan kebagian waktu ngasprak jam 3-5 sore, inilah tantangannya. Benar kata orang, pengalaman pertama akan berkesan. Iya karena dikelas ini aku merasa nyaman untuk menjadi asprak, tidak ada gap, semuanya seperti teman sekelas biasa, bahkan ada aja cencengan juga, heuuu

2. Asprak waktu semester 6
Sama seperti sebelumnya kebagian ngasprak kelas SC, tapi sekarang partnernya beda, Liseu dari jurusan manajemen. Anak-anaknya lebih banyak dan mostly dari fmipa, jrenggg. Walaupun sudah pengalaman dari semester sebelumnya, tapi pas baru masuk kelas ini little bit nervous karena background sebagian anak-anak kelas ini kece banget, bahkan ada kakak menteri BEM KM juga. But throughout the time, felt enjoy with this guys. Anak-anaknya seru banget sumpah deh. Most important thing yaitu partner aku si Liseu si good guy yang baiknya kebangetan dan sampai sekarang malah jadi sahabatan. Unforgetfull moment ketika last session, anak-anaknya pada kasih kesan pesan yang dibuat dalam abnormal letter semacam dari botol, potongan fancy paper, certified print, and others yang waktu pembuatannya pasti mereka lakuin berjam-jam. Pas perpisahan sama kelas ini rasanya terharu dan gak mau pisah. The most enjoyfull class ever!

3. Asprak waktu semester 7
Emang udah nasib jodoh sama anak SC, yap dikelas terakhir pengalaman ngasprak ini lagi dan lagi dapet ngajar anak kelas SC, partnernya pun beda yaitu Edelia Marselina, dari namanya aja udah cantik kayak aslinya. Edel anak manajemen, aku baru kenal sama dia pas disini. Tampangnya jutek banget, tapi kalo udah kenal dia tuh care banget deh. Kelas ini mayoritas diisi anak semester 3 jadi ya kurang aktif nih kelas. Untung ada edel yang bikin rusuh biar kelas hidup. Tapi praktikannya respek banget sama kita, padahal kita udah begajulan gitu. Walaupun dikelas kurang aktif tapi ternyata mereka banyak yang dapat high score di mid and final test. Suatu kebanggaan sendiri bagi seorang asprak mengetahui nilai parktikannya yang bagus-bagus. Im into them!

That's overall of my experiences 😊

Puncak Galau

Mainlah ke Bogor, ada tempat bagus deket kampus (IPB) yang kece dan jarang terjamak orang-orang nih. Apa hayo? Puncak Galau yang merupakan salah satu puncak dari gunung Kapur!
Walaupun tingginya ga seberapa mdpl tapi tracknya sungguh menguras energi apalagi naiknya pasca hujan semalem yang bikin track terjalnya jadi licin, mamamm tuh.
Several times ago, aku sama mba ulil dan tini bertiga naik ke puncak galau niatnya mau hunting sunsrise, eh malah kesiangan sedikit jadi gagal deh tujuan utama itu. Walaupun begitu kita tetep berangkat pagi-pagi banget kok dan jadilah kita romobongan pertama yang mendaki, uyeahh. Untuk keperluan insurance dll kita diharuskan bayar 5 ribu per orang untuk naik ke puncak ini, murah lah yah harga segini. Anyway kalo kesini dari kampus gampang banget tinggal naik angkot sekali ke arah leuwiang terus minta turunin aja ke puncak galau gitu. Lanjut lagi yak, setelah bayar kita bisa langsung nanjak nih. Untuk menuju pos 1, kita akan melewati semacam lapangan bola dan hutan jati, aku seneng nih pas lewatin hutan jati, jadi inget pas penelitian skripsi, asekkk. Sampe pos 1, lumayan ngosangosan karena tracknya sudah mulai menanjak gak karuan, untung ada semacam gazebo gitu untuk duduk sebentar dan minum. Oh iya kalau mau kesini bawa minum sama cemilan ya, it is a must!. Lanjut lagi menuju pos 2 dengan track yang curamnya naudzubilah, licin parah abisa ujan semalem, mba ulil sama tini aja sampe kepleset beberapa kali, alhasil pakaian pada belepotan, iyuhh. Finally setelah sempat melewati jalur yang kesasar, kita sampai puncakk yuhuu. Taking some pictures is mandatory. Tetep mesti waspada nih guys, soalnya ada sekawanan monyet mencari kitab suci eh mencari makan maksudnya yang bakal terus gangguin kita. Lebih ekstrim pas turun dari puncak, tuh kawanan monyet gangguinnya gak tanggung-tanggung, di track turun yang curam dan licin dia serang dan gelendotin tas kita, seru plus bikin cengong. Eh finally bisa sampai bawah lagi dong kitanya. Karena kelaparan dan kehausan gegara abis melawan monyet-monyet itu, kita mau langsung makan aja lah, bodo amat meskipun baju kotor, eh untungnya di bawah ada warung karedok yang jual mbah-mbah gitu, gilss itu harganya murah banget. Awkward experience banget nih bagi aku. Next time aku sama kamu naik ke puncak ya, tapi jangan ke puncak galau, karena kalau sama kamu aku udah gak galau. Iya kamu, daypack deuter yang aku idam-idamkan tapi harganya masih mahal, pffttt.

Trip to Jogja

Liburan natal tahun lalu, aku trip ke jogja. Awalnya pergi dari jakarta naik bus dengan my chilhood friend beserta rekan kerja dia. Kita naik bus dari terminal kampung rambutan, yang sempat ada drama dengan oknum penjual tiket, singkat cerita kita kena tipu. Ketika tiket sudah ditangan dan bus belum juga datang disitulah kita merasa ada yang janggal. Kita langsung lapor dengan kepala terminal, dan tidak tanggung-tanggung sampai kita lapor ke polres terdekat. Akhirnya yang semula perkiraan kita bakal berangkat jam 5 sore, jadi jam 2 dini hari, dan itupun bukan menggunakan bus, tapi minibus lebih tepatnya apv (hikss). Tapi gakpapa deh, yang penting aku bisa sampe jogja, cause this's my very first trip to jogja, yeayyyy.
Sampai di jogja jam 3 dini hari keesokan harinya. Aku sempat nginep di rumah rekan temanku. Lalu memutuskan untuk tidak explore bersama mereka, karena ternyata Liseu (sahabat baikku) sedang liburan di jogja juga. Tapi sebelumnya pas pagi-pagi aku sempet ke tamansari, karena rumah rekan temanku itu berada di komplek keraton, jadi tinggal jalan kaki aja deh. Lanjut cerita liseu berangkat dari purbalingga bersama 3 temannya (eko, geby, yayan), dan sampai di terminal giwangan jogja pada siang harinya. Terminal giwangan adalah meeting poin kami. Untungnya ada gojek, jadi aku naik gojek aja ke terminal giwangan. Pas sampe sana ternyata yayan juga janjian dengan temannya (mba aku lupa namamya, yang jelas dia sangat baik hati sekali) untuk menemani kami mencari penginapan. Setelah muter-muter dan telepon kesana kesini, ternyata penginapan2 sudah full booked, dan akhirnya kita coba telepon satu penginapan dan masih ada kamar kosong, horayyy. Kita langsung cusss menuju tempat penginapannya, eh ternyata kita malah kesasar, yaudah karena cacing sudah menari di perut akhirnya kita makan dulu di SS lesehan depan UGM, pas lagi makan ternyata di samping aku ada anak UGM yang kata Liseu mirip Rifky Bawel, salfok banget deh heuhh. Abis makan misi mencari penginapan berlanjut, dan akhirnya ketemu deh tempat yang dicari2. Abis beres2, abis magrib, kita ke malioboro on foot dan bermodalkan GPS, kalo kata GPS sih deket, but in the fact ya lumayan bikin kaki pegel cynnn. Setelah mendaki gunung lewati lembah (ok ini cukup over) sampai juga di malioboro, dan jiwa narsis kita langsung keluar, gabisa liat kamera nganggur. Kita foto2 trial n error berulang kali di spot mainstream malioboro. Setelah lumayan puas foto2, kita keliling belanja2 nih. Fyi si eko belanjanya paling banyak dan ternyata doi pinter nawar, sama bgt kayak si liseu dah. Due to tired enough, kita mutusin pulang naik becak, 1 becak 3 orang (aku, liseu, eko) malah tukang becaknya kakek2 lagi duh kasian. Kalo si yayan sama geby 1 becak berdua, doi kaya lagi honeymoonan bgt dah. Pas dah sampe penginapan, kita tepar.
Besok pagi kita pindah penginapan yang udah dipesen liseu jauh2 hari. Untuk menuju kesana kita naik gojek (pada dadak download app nya gegara promosi aku, wkwk). Tempatnya agak lega drpd yg penginapan kemarin. Pas dah taruh barang2 di sana, kita rencana pergi ke borobudur naik bus dari terminal giwangan. Dari penginapan ke giwangan kita naik transjogja yang harganya sama kayak transjakarta. Terus melanjutkan perjalanan naik bus sedang, dan ternyata perjalanannya cukup lama jg loh guys (almost 3 hours) yaiyalah wong borobudur di magelang, heuhh. Pas sampe borobudur, kita puas2in explore, foto2 dari berbagai spot, sampe puncak, terus turun lagi, dan gak kerasa udah sore. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Dan ternyata bus terakhir ke arah jogja udah jalan, akhirnya ya kita naik ojek konvensional dari borobudur sampe nemu bus yg rute semarang-jogja. Fyi ojek konvensional disini lumayan murah, 20rb itu bisa menjangkau berkilo2, ciyuss. Pas dah ketemu bus yang arah jogja, kita naik dong, dan aku diri, lumayan pegel krn hampir 1 jam diri (harusnya udah terbiasa sih karena pulang kerja jg sering diri di kereta) dan akhirnya dapet duduk karena ada orang yang turun. Karena kita punya prinsip sekalian capek, jadi pas udah nyampe giwangan, kita mau langsung aja ke alun-alun. Dari giwangan ke alun-alun naik apa? Ya gojek dong. Pas udah sampe alun-alun gatau kenapa rasa capek hilang, gegara ketagihan nyobain jalan antara 2 pohon beringin, dan pastinya gagal, selalu nyasar dan nabrak orang (maaf mas mba). Tapi anehnya pas aku coba berdua gandengan sama geby, berhasil loh lewatin tuh 2 pohon beringin. Udah lumayan puas, akhirnya mutusin pulang ke penginapan dengan jalan kaki karena lumayan deket sih, ya walaupun agak nyasar dikit. Tepar? Yes.
Sampai pada last day in jogja. Kita (without geby) lanjut jalan ke prambanan. Kenapa prambanan? Sengaja cari tempat wisata yang masih mudah dijangkau karena jadwal check out dan pulang kita siang. Jadi estimasi mesti sampe penginapan lagi sebelum zuhur. Nah kita ke prambanan cukup naik transjogja aja. Pas sampe prambanan, seperti biasa foto-foto dong, dan kita bikin video muter-muter yang instragamable gitu deh. Karena udah dikejar waktu, akhirnya kita cuma sebentar di prambanan. Eh sekalian beli oleh-oleh makanan juga pas di luar prambanan. Balik ke penginapan naik transjogja ke giwangan, dari giwangan lanjut gojek. Pas sampe penginapan ternyata udah jam 12 lebih. Kita langsung bawa barang keluar (untung udah packing). Terus pesen gojek buat ke terminal dan stasiun untuk pulang. Kalo liseu, eko, yayan naik kereta ke kiaracondong. Kalo aku sama geby ke terminal giwangan naik bus, tapi aku ke jakarta, dan geby ke mojokerto. But you should know, ini pengalaman pertamaku naik bus jarak jauh sendirian. Agak takut, tapi dipede2in, dan untungnya sampe rumah dengan selamat, tapi mesti ijin gak masuk kerja dadakan gegara sampe jakarta jam 11 siang, heuhehehu.

Thank you, Jogja.

Akhirnya Bokeh

Punya kamera udah hampir setahun yang lalu. Pernah coba buat cekrak cekrek tapi selalu gagal pas mau bikin bokeh effect. Btw bokeh itu gambar foto yang fokus utama jelas dan yang lainnya blur (itu bahasa awam aku yak, karena aku bukan anak fotografi heheeh). Otak atik control speed, micro mode, sempet chat ka qyqy juga gimana cara bikin bokeh, tapi akunya tetep failed juga nih hfufuu. Akhirnya pada suatu tempat dan waktu yang membuat aku jingkrak jingkrakan, aku berhasil bikin bokeh, dan yang menjadi modelnya si gulma. Makasih gulma. Anyway ini hasil foto bokeh pertama aku, ya walaupun ga sempurna, tapi untuk orang amatiran kayak aku cukup bikin senanglah, iyak kaya kamu yang selalu bikin aku senang (ngomong opo toh mbak).

Critical Eleven

Ini pertama kalinya aku baca buku mba Ika Natassa. Sebelumnya sempet dikasih rekomendasi dari Dede kalo bahasa mba Ika itu gahoel abizz (kayak aku gitu deh, peace). Pas aku baca critical eleven emang gahoel abizz deh cerita dan bahasanya, wong almost dialogue diselingi sama english gitu. Peran utama cerita ini yaitu anya dan ale yang bertemu dan saling jatuh cinta in the first sight di pesawat waktu anya mau nonton konser dan ale mau kerja di offshore aussie. Singkat cerita mereka menikah, namun pernikahannya tidak berjalan dengan mulus karena ada omongan ale kepada anya yang bikin dia sakit hati, nah tuh mulutmu harimaumu, makanya yak kalo ngomong mesti dipikir dulu, think smart gaess. Meskipun center of story nya bukan aku banget, tapi aku suka sama karya mba ika ini karena cara berceritanya dilihat dari 2 sisi, ya jadi ada sisi ale yang bercerita dan anya yang bercerita. Mirip short movie korea durasi 2×15 menit yang aku liat di youtube (aku lupa namanya apa). Tapi emang deh ya mba ika cerdas banget bikin konsep cerita di critical eleven ini. Oiya ada kata-kata yang paling aku suka dari buku ini "kenapa aku suka bandara? Karena di bandara semua orang punya tujuan". So what are your objectives guys?

Sabtu Bersama Bapak

Pertama kali tau judul buku ini udah dari setahun yang lalu, tapi baru kesampean baca di bulan ini deh, heuhh. Karangan om adhitya mulya ini sungguh luar biasa. Hampir setiap aku baca advice words nya selalu aku bilang "oh iya", "bener juga ya", ya seperti itulah emng banyak banget advice nya dari buku ini, terutama yang disampaikan oleh tokoh bapak. Jadi buku ini berisi drama tentang kehidupan keluarga kecil yang memiliki 2 orang anak lelaki, sebelum bapak mereka wafat beliau sempat membuat video yang menceritakan kehidupan real beserta nasihat2 yang diberikan untuk anak2nya kelak setelah sang bapak meninggal. Sepeninggalan bapak, mama selalu memutarkan video dari bapak setiap hari sabtu. Nah itulah mengapa judulnya sabtu bersama bapak. Walaupun sang bapak secara fisik telah tiada di dekat mereka, namun sang bapak tetap ada di hati mereka melalui nasihat2 yang diberikannya dalam video tersebut. Recomended banget deh buku ini, apalagi bagi orang yang mau membangun rumah tangga #ehh. Semoga kalo ada mas saka di kehidupan real aku bisa ketemu ya (tetep ngarep). Btw, sabtu bersama bapak mau diangkat ke layar lebar juga loh. Oiya ini aku kasih petikan advice words yang paling aku suka dari buku ini:
"Kata Bapak membangun sebuah hubungan itu butuh 2 orang yang solid, yang sama-sama kuat, bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang, bukan tanggung jawab orang lain"